Minggu, 02 Agustus 2015

Laporan Kuliah Kerja Lapang (KKL)



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Bimbingan Dosen: Iman Sampurna, S.pd & Mudriah, M.pd

Oleh:
Ikbat Subakti
432231203004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
STKIP SETIABUDHI RANGKASBITUNG
2015




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia, cinta dan kasih sayang-Nya, dan tidak lupa juga saya ucapkan salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa pengaruh yang besar di muka bumi ini terutama dalam agama.sehingga Saya akhirnya dapat menyelesaikan penulisan laporan Kuliah kerja Lapangan (KKL) ini yang salah satu tugas wajib untuk diseminarkan. , tidak dipungkiri bahwa saya banyak mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu, pada kesempatan ini Saya mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada semuanya yag tidak bisa saya sebutkan. Semoga Allah membalas kebaikan dikemudian hari.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dari penulisan ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mencapai penulisan yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap Laporan KKL ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.



Penulis
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

            Perguruan tinggi adalah bagian integral dari pembangunan nasional dan sangat terkait dengan tujuan pendidikan pada umumnya, yakni dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia yang seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
            Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( STKIP ) Setia Budhi RangkasBitung sebagai salah satu perguruan tinggi yang berlatar Pendidikan di indonesia diharapkan mampu berperan dalam mengimplementasikan nilai Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni darma pendidikan dan pengajaran, darma penelitian dan darma pengabdian masyarakat.
            Pengabdian masyarakat sebagai salah satu aspek Tri Darma Perguruan Tinggi harus mendapatkan perhatian serius dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( STKIP ) Setia Budhi RangkasBitung guna menumbuhkan, memelihara, mengamalkan dan mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu kegiatan melalui berbagai program Kuliah Kerja Lapangan ( KKL ).
            Kuliah Kerja Lapangan ( KKL ) adalah suatu bentuk pendidikan aplikatif dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa saat mereka dihadapkan obyek-obyek ertentu yang mereka lihat. Dan mereka juga harus mengaplikasikan dalam kajian-kajian melalui analisis dalam metodelogi sejarah. Melihat pentingnya progranm tersebut, maka kuliah kerja lapangan juga dikategorikan sebagai program intra kurikuler yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa STKIP SetiaBudhi Rangkasbitung Khususnya Program Study Pendidikan Sejarah. Oleh karena itu KKL adalah hal yang diwajibkan agar mahasiswa tersebut mampu mengaplikasikan dan mengaplikasikan sebagai bahan ajar.

B. Tujuan dan Target
         
          Kuliah Kerja Lapangan adalah program intra kurikuler dengan tujuan utama   memberikan pendidikan kepada mahasiswa. Namun demikian, karenapelaksanaannya mengambil  lokasi yang sangat jau yaitu di Candi Gedong Songo, Museum Palagan Ambarawa, dan Meseum Kereta Api. Semarang.
1.    Tujuan
            Tujuan pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah:
a.       Memberikan pengalaman belajar mahasiswa dalam pelaksanaan KKL.
b.      Menjadikan mahasiswa agar berkepribadian lebih dewasa dan mempeluas wawasan mahasiswa dengan mengembangkan pola pemikiran dan pola penalaran mahasiswa.
c.       Memberikan pelatihan observasi dalam penelitian Sejarah.
d.      Amanat Kurikulum.

2.      Target
            Secara umum target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah pemberdayaan seluruh komponen yang terlibat baik masyarakat, mahasiswa dan institusi perguruan tinggi melalui program kegiatan mahasiswa pada institusi sosial keagamaan, sedangkan secara spesifik target KKL adalah sebagai berikut:
a.    Target Bagi Mahasiswa
1)      Mendewasakan mahasiswa dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak.
2)      Meningkatkan daya penalaran  mahasiswa dalam melakukan pengkajian, perumusan dan pemecahan masalah secara praktis dan terpadu
3)      Melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan melalui kerjasama antar bidang keahlian.
b.     Target Bagi STKIP Setia Budhi Rangkasbitung khususnya Pendidikan Sejarah
1)      Memperoleh pengalaman yang seluas-luasnya,
2)      Meningkatnya partisipasi  dan  peranan  dalam keintelektualisme dalam kajian sejarah.
3)      Meningkatkan kualitas mahasiswa dalam menuju progres.

C.  Sistematika Penyusunan Laporan
Sistematika laporan KKL ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai berikut:
Di bagian awal berisi halaman, judul, kata pengantar, daftar isi dan , kesimpulan.




BAB II

1.    Candi Gedong Songo
Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya obyek wisata Candi Gedongsongo sebagai laboraturium IPS terpadu bagi siswa SMP maupun SMU.Siswa dapat memperoleh informasi yang holistic/menyeluruh dari aspek sejarah, ekonomi, sosiologi-antropologi dan geografi mengenai Candi Gedongsongo melalui CD. Selanjutnya dengan adanya CD Candi Gedongsongo tersebut dapat menjadi media promosi pengembangan wisata bagi Dinas pariwisata setempat, Obyek Candi Gedongsongo dapat dikatakan mempunyai potensi kesatu (potensi alam) dan kedua (potensi budaya).Potensi alam karena Candi Gedongsongo terletak di lereng G.Ungaran dengan panorama yang menarik. Potensi buday karena obyek ini mempunyai nilai sejarah yang tinggi khususnya kebudayaan pada masa hindu. Obyek Candi Gedongsongo merupakan obyek kajian IPS terpadu yang ideal.Semua bidang ilmu IPS dapat mengkaji obyek ini dengan sudut pandangnya masing-masing.Geografi mengkaji obyek Candi Gedongsongo dari aspek letak astronomis, letak geografis, landscape, aksesibilitas, iklim dan sebagainya. Sosilogi dan antropologi mengkaji fenomena social seperti tradisi, cara hidup masyarakat, pranata social, model rumah sampai cara berpakaian orang-orang di daearah Gedongsongo. Ekonomi pengkaji mengenai matapencaharian penduduk, system perdagangan, produksi utama daerah Gedongsongo, fasilitas infrastruktur yang ada dan sebagainya. Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji tata pengelolaan obyek wisata, Struktur pemerintahan setempat.
Mengenai masa pendirian candi gedong songo belum diketahui secara pasti , namun dari bentuk seni bangunan para ahli menafsirkan pendirina candi gedong songo hampir semasa dengan percandian dieng yang dianggap candi hindu tertua di jawa tengah. Dengan demikian candi gedong songo dibuat dalam kurun waktu abad ke VII –IX Masehi. Candi Gedongsongo merupakan salah satu obyek andalan wisata di Kabupaten Semarang.Candi Hindu yang dibangun pada abad 7 merupakan kompleks candi yang terletak di desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.Kompleks Candi Gedongsongo berada pada ketinggian 1200 m dpl, dengan demikian udara di sini cukup dingin dan mempunyai panorama yang indah. Obyek wisata Candi Gedongsongo bukan sekedar obyek wisata sejarah atau arkeologi semata, tetapi juga dapat dikaji dari aspek geografi seperti letaknyasumber air panas-penggunaan lahan dan sebagainya.Dari aspek sosiologi antropologi dapat dikaji bagaimana kehidupan budaya masyarakat setempat, adaptasi mereka dan sebagainya.Dari aspek ekonomi bagiamana masyarakat sekitar menafaaatkan sumberdaya alam yang ada, bagaimana ketersedian fasilitas penunjang dan sebagainya.Selain itu obyek Candi Gedongsongo juga merupakan tujuan olahraga (outbanod) karena lokasi obyek yang berjauhan harus ditempuh dengan jalan kaki atau naik kuda.Jadi obyek candi Gedongsongo cocok untuk wisata ilmiah sekaligus olah raga. Percandian gedong songo merupakan kelompok percandian yang bercorak agama hindu. Hal ini dapat diketahui berdasarkan arca dan relief yang menempati relung –relung bangunan candi. Seperti arca Ciwa Mahadewa , ciwa mahaguru, ganeca ,durga mahisasuramardhini, nadiswara dan mahakala serta yoni yang terdapat pada bilik candi.keistimewaan dari percandian gedong songo antara lain terdapat arca gajah dalam posisi jongkok ( njerum :jw ) dikaki candi gedong III, dan yoni dalam bentuk persegi panjang yang terdapat di bilik candi gedong I.
Candi Gedongsongo dari aspek geografi dapat dikaji mengenai letaknya, baik letak astronomis dan letak geografis.Letak astronomis berdasarkan letak lintang dan bujur.Secara astromonis, Candi Gedong Songo terletak pada 110º20’27’’BT dan 7º14’3’’ LS.Letak geografis terkait dengan posisinya terhadap kota/daerah sekitarnya, atau lokasinya berada di pegunungan atau pantai dan seterusnya.Tepatnya Candi Gedongsongo berada di lereng G.Ungaran sebelah Timur. Selain itu dikaji penggunaan lahan, proses geomorfologi, aksesibilitas, dan gejala post vulkanis seperti sumber air panas. LokasiCandi Gedongsongo, Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Candi Gedongsongo dapat dicapai dari dua arah yakni dari Ambarawa-Sumowono dengan jarak 14 km, dari Ungaran-Sumowono berjarak 19 Km. Masing-masing ada angkutan umum menuju candi Gedongsongo.
Dalam bidang sejarah mengkaji Candi Gedongsongo dari aspek sejarah berdirinya Candi, kapan dibangun, oleh siapa, apa fungsi candi, mengapa memilih tempat lokasi disini, sampai makna dari bagian-bagian candi, karakteristik candi Hindu, nama-nama patung, symbolsimbol patung, sampai perbandingan dengan candicandi ditempat lain. Nama Gedongsongo diberikan oleh penduduk setempat untuk kompleks candi tersebut.Gedongsongo berasal dari bahasa Jawa, “Gedong” berarti rumah atau bangunan, “Songo” berarti sembilan.Jadi arti kata Gedongsongo adalah sembilan (kelompok) bangunan.Semua candi di sini terdiri dari tiga bagian yakni bagian bawah (alas candi) yang menggambarkan alam manusia.Bagian atas (puncak candi) adalah alam para dewa.Bagian tengah candi merupakan alam yang menghubungkan keduanya.
Gunung adalah tempat persembahan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan ini merupakan tradisi masyarakat lokal pra Hindu.Sedangkan gunung juga merupakan tempat tingga dewa-dewa menurut tradisi Hindu yang saat itu sedang berkembang secara global mempengaruhi hampir separuh dunia.Tradisi lokal biasanya terkurangi perannya oleh tradisi global, ternyata keduanya mampu berdiri setara di Gedongsongo. Tahun 1740, Loten menemukan kompleks Candi Gedongsongo. Tahun 1804, Raffles mencatat kompleks tersebut dengan nama Gedong Pitoe karena hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan. Van Braam membuat publikasi pada tahun 1925, Friederich dan Hoopermans membuat tulisan tentang Gedongsongo pada tahun 1865. Tahun 1908 Van Stein Callenfels melakukan penelitian terhadapt kompleks candi dan Knebel melakukan inventarisasi pada tahun 1910-1911. Di Kompleks Candi Gedongsongo, kaki candi dapat dikenali melalui profilnya yang terdiri dari sisi genta dan pelipit lurus. Pada bagian luar tubuh candi terdapat relung-relung yang dahulu berisi arca Parswadewata, namun sekarang sebagian besar dalam kondisi kosong, demikian pula bilik candi yang dahulu berisi lingga-yoni dan relung di dalam bilik.Relung bagian luar tubuh dihias dengan motif flora dan kadang ada hiasan berupa’Kala’. Parswadewata di Jawa ditafsirkan sebagai persembahan kepada roh nenek moyang yang telah bersatu dengan Siwa dan di candi disimbolkan dengan Lingga-Yoni yang dikawal dewa pengiring yaitu: Durga (istri Siwa), Ganesha (anak Siwa), dan Agastya (seorang resi yang memiliki kemampuan spiritual setara dengan dewa). Atap Candi bertingkat tiga dengan hiasan miniatur candi dan antefixbaik polos maupun berhias. Denah candi hampir seluruhnya berbentuk bujur sangkar namun terdapat pula candi dengan denah persegi panjang, sedang ukuran candinya sangat bervariasi, lebarnya berkisar 4,5m -9,5m; panjang 4,8m – 9m dengan tinggi yang berbeda pula dari 3m – 8,9m Sebagian besar candi Gedongsongo menghadap ke barat, menghadap arah pucak G.Ungaran. Kecuali Candi Gedong I, semua mempunyai candi pewara. Hanya banyak candi pewara yang sudah runtuh/rusak. Dasar candi biasanya berbentuk persegi dengan ukuran 6x 6 m atau 10 x 10 m. Gedong IIIterdiri dari tiga bangunan yaitu candi induk menghadap ke barat, candi apit di sebelah utara, dan candi Perwara di depan candi induk. Arca pada relung candi induk masih dapat dijumpai yaitu Durga di relung utara, Agastya di relung selatan, Ganesha di relung timur, dan Mahakala dan Nandiswara terdapat di kiri-kanan pintu candi. Candi Perwara memiliki bentuk yang hampir sama dengan Candi Semar diKompleks Candi Dieng, yaitu berbentuk persegi panjang.
2.    Palagan Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan Ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, Serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
3.    Museum Kereta Api
Semua berawal dari dimulainya penjajahan Belanda dan didirikannya pemerintahan Belanda dengan berdirinya VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) pada tahun 1602. Masa itu adalah awal penjajahan Belanda yang membawa kemiskinan, kesengsaraan, bahkan kematian bagi ratusan ribu masyarakat Indonesia.
Tetapi di lain pihak, begitu banyak pula keuntungan yang didapat masyarakat Indonesia meskipun semuanya harus dibayar mahal. Sistem ar sitektur, sistem pe ndidikan, dan sistem pemerintahan Indonesia yang ada  saat ini secara tidak lang sung adalah hasil asimilasi  budaya dari budaya yang di bawa bangsa Belanda s aat menjajah Indonesia.  Seluruh pemerintahan berpusat di Batavia pa da masa itu, tetapi sistem perkeretaapian justru bermula dari kota Semarang, Jawa  Tengah.
Pada tahun 1830, pemerintah Belanda mulai memberlakukan Sistem Tanam Paksa pada penduduk Indonesia. Sebagai timbal baliknya, daerah perkebunan di Semarang dan daerah pedalaman sekitarnya seperti Ambarawa dan Salatiga mengalami pertumbuhan pesat. Kopi adalah salah satu hasil  perkebunan yang paling banyak di daerah tersebut. Perlahan tapi pasti, hasil-hasil perkebunan di aerah tersebut melimpah ruah.
Perkembangan yang sangat pesat ini menimbul kan masalah baru dalam hal transportasi  untuk mengangkut hasil bumi. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya kereta api  dipilih sebagai sarana transportasi utama untuk tujuan militer dan mengangkut hasil  bumi. Pembangunan rel dan stasiun kereta api  pertama dimulai dari kota Semarang yang  kemudian disusul dengan daerah-daerah  lain, mulai dari Kedungjati, Ambarawa,  Tuntang, Tanggung, Surakarta, Yogyakarta,  dan lain-lain. Topografi untuk daerah  Ambarawa yang berbukit-bukit menjadi masa lah tersendiri. Tetapi untuk memenuhi  kebutuhan rel kereta api ini tetap dibangun secara khusus yaitu dengan menggunakan  struktur kereta api bergerigi untuk menahan kereta agar tidak melorot saat menanjak.

Stasiun Ambarawa adalah salah satu stasiun utama ya ng didirikan untuk  menghubungkan kota Semarang dengan  kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta  dan Surakarta, yaitu  pada tahun 1873 dengan  nama Stasiun Willem I atau dulu sering  disebut sebagai  Koening Willem I Spoorweg Seiring dengan perkembangan jaman, kereta  api mulai ditinggalkan masyarakat sebagai  transportasi utama.
Kota - kota seperti Yogyakarta, Semarang dan Surakarta bisa ditempuh dengan bis dari kota Ambarawa Akhirnya pada tahun 1967 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) menghentikan operasi kereta api jurusan Ambarawa-Magelang dan sepuluh tahun kemudian jurusan Ambarawa Kedungjati ikut ditutup. Stasiun kereta api Ambarawa yang menganggur ini menarik perhatian pemerintah untuk menciptakan suatu museum kereta api sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah. Ide tersebut terus mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pada tahun 1977 Museum Kereta Api Ambarawa dibuka untuk umum Museum Kereta Api Ambarawa terus menambah koleksi lokomotif-lokomotif tuanya dan terus merawatnya.  Tidak kurang dari 20 lokomotif uap dengan ukuran, tahun pembuatan, spesifikasi maupun asal negara pembuatnya yang berbeda-beda dipajang  di sekliling museum. Selain itu, masih  ada 5 koleksi lokomotif lagi yang  terdapat di Depo (berfungsi semacam  bengkel) yang terletak 50m dari museum. Tiga diantaranya masih bisa beroperasi  dengan baik, yaitu lokomotif B 2502, B  2503, dan E 1060. Ada pula 5 buah gerbong  penumpang yang biasa digunakan untuk wisata kereta uap dan 1 gerbong barang. Tidak hanya itu saja, gedung itu sendiri pun mempunyai sejarah yang sangat panjang. Meskipun didirikan sejak tahun 1873, tetapi  bangunan tersebut tetap berdiri sangat  kokoh tanpa adanya renovasi yang berarti.  Terdapat 2 ruang pameran,1 ruang yang  digunakan sebagai ruang tunggu, 2 ruang untuk kantor, dan lain lain. Di dalam ruang  pameran, terdapat begitu banyak peralatan-peralatan kuno yang dulu digunakan dalam  hal perkeretaapian. Ada beberapa teleponan tik yang umurnya hampir 100 tahun, mesin  ketik, mesin hitung, lampu kereta api, alat  cetak tiket kereta, penunjuk arah kereta, dan  masih banyak lagi. Semuanya masih terjaga dengan baik.
“Ambarawa Railway Mountain Tour” adalah istilah yang sering digunakan pihak  museum untuk mensosialisasikan paket wisata  ini agar mudah diterima oleh berbagai  kalangan, baik turis lokal maupun turis asing. Dalam bahasa Indonesia mungkin paket  wisata ini lebih sering disebut dengan Wisata Kereta Api Ambarawa. Rute yang dipakai  adalah stasium Ambarawa – Bedono melewati  stasiun Jambu. Jarak tempuh total hanya 10 km, tetapi lama perjalanan bisa mencapai 2 jam untuk perjalanan pulang pergi. Lokomotif yang digunakan untuk wisata ini adalah koleksi milik Museum Kereta Api Ambarawa yang  berseri B 2502 dan B 2503.
Kereta uap bergerigi ini  adalah satu-satunya di Indonesia yang masih dapat berjalan baik. Menurut Bpk.  Rudi, salah satu pengurus  Museum Kereta Api Ambarawa, hanya ada 2 negara  lain yang memiliki kereta sejenis dan masih dapat  beroperasi, yaitu India dan  Swiss. Ada 5 gerbong yang  dimiliki Museum Kereta Api Ambarawa ini yang  masih dapat beroperasi untuk  paket wisata ini.
Sekali  perjalanan ssatu lokomotif akan menarik 2 gerbong penumpang yang masing-masing  berkapasitas maksimal 40 orang. Keunikan dan  nilai sejarah kereta  api tua ini menjadi  daya tarik tersendiri bagi turis lokal maupun mancanegara untuk kembali mencoba  merasakan sensasi berkendara dengan suasana tahun 1900an.  Lokomotif dengan nomor seri B 2502 dan B 2503 ini sama-sama buatan “ Esslingen Emil  Kessler”,Jerman. Lokomotif ini pertama kali beroperasi pada tahun 1904, jadi sampai  saat ini lokomotif ini sudah berumur 100 tahun lebih. Lokomotif ini panjangnya 8,18  meter dan lebarnya 2,75 meter. Kecepatan  maksimal lokomotif ini sebenarnya bisa  mencapai 50 km/jam, tetapi karena hanya  untuk digunakan sebagai keperluan wisata dan  mengingat umunrnya yg sudah sangat tua, kereta ini dijalankan dgn kecepatan kurang lebih 10 km/jam saja. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu, bukan sembarang kayu  tetapi harus kayu jati.
 Menurut Bapak Tri, Museum Kereta api, bahan bakarnya harus kayu jati karena hanya jeni kayu ini yang bisa menghasilkan panas sesuai dengan panas ketel lokomotif. Tak kurang dari 2,5 meter kubik kayu jati ini dipakai untuk memanaskan 2.850 liter air yang kemudian uapnya akan digunakan sebagai pendorong kereta. Ketel berisi air tersebut terletak di bagian moncong kereta dan harus dipanaskan selama kurang lebih tiga jam sebelum dijalankan. Gerbong penumpang yang digunakan juga tidak kalah tuanya. Umurnya lebih muda 5 tahun dibandingkan lokomotif yang dipakai yaitu buatan tahun 1909. Pada awalnya, gerbong penumpang tersebut memang tidak senyaman sekarang. Karena untuk tujuan wisata, gerbong-gerbong tersebut direnovasi tanpa mengubah strukturnya. Tidak ada kaca jendela, hanya berupa daun jendela darikayu yang dapat dibuka tutup. Untuk kursi, semuanya menggunakan kayu yang cukup untuk diduduki 2-3 penumpang. Interior yang serba kayu dan apa adanya ini justru semakin menambah nilai eksotis dan memperkental suasana tahun 1900an yang diusungnya ini. Perjalanan wisata kereta api ini ditawarkan dengan harga yang tidak murah, yaitu Rp. 3.250.000,00 untuk sekali jalan (harga saat penulisan tugas akhir ini). Biaya ini ditanggung oleh seluruh penumpang yang bisa mencapai 80 orang dalam sekali perjalanan. Biaya ini tidak terlalu mahal, mengingat untuk biaya operasional saja dibutuhkan dana kurang lebih Rp. 1.000.000,00 se kali jalan. Info untuk pemesanan wisata ini memang kurang tersebar.
Untuk memesan hanya ada 2 cara, yaitu menghubungi langsung Museum Kereta Api Ambarawa atau menghubungi agen travel daerah Semarang. Tidak semua agen travel melayani pemesanan paket wisata ini, tetapi agen travel di hotel-hotel berbintang sekitar Semarang biasanya menawarkan paket wisata ini. Untuk pemesanan harus dilakukan kira-kira 1 minggu sebelum jadwal keberangkatan, karena dibutuhkan waktu cukup lama untuk persiapan. “Ambarawa Railway Mountain Tour” ini dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami sedikit peningkatan. Namun, menurut Bapak Soehardjono selaku Kepala Stasiun Ambarawa, tingkat okupansi wisata ini masih belum terlalu tinggi, rata-rata dalam seminggu kereta tersebut beroperasi sebanyak 3-4 kali.Beliau juga mengungkapkan bahwa peminat wisata kereta uap ini hanya sebatas turis asing atau lokal yang kebetulan singgah atau sedang berwisata di kota Semarang atau kota lainnya di Jawa Tengah. Kebanyakan yang menyewa paket wisata ini adalah turis asing dari Belanda, Jerman, Swiss, Australia, dan Jepang. Untuk turis lokal, yang sering menyewa paket wisata ini adalah rombongan pegawai sebuah kantor, klub-klub tertentu, dan juga  rombongan dari sekolah-sekolah.
Untuk pengun jung dalam jumlah kecil biasanya lebih mudah memesan melalui agen travel yang ada di hotel-hotel di sekitar Semarang. Dalam perjalanannya, kereta uap ini akan be rhenti di 2 stasiun yaitu, Jambu dan Bedono. Perjalanan dari stasiun Ambarawa ke stasiun Jambu masih belum terasa istimewa  mengingat jalurnya masih datar dan pemandangan sekelilingnya hanya pemukiman penduduk. Perjalanan dari stasiun Jambu ke stasiun Bedono mulai menanjak. Di stasiun Jambu posisi lokomotif diputar sehingga pos isi lokomotif sekarang ada di belakang  gerbong penumpang. Dalam perjalanan menanjak  inilah baru terasa manfaat dari roda  bergerigi yang berfungsi agar kereta tidak melorot. Perjalanan terus menanjak hingga mencapai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Pemandangan di sekelilingnya juga  sangat indah, perpaduan antara gunung Ungaran dan gunung Merbabu, serta hamparan kebun kopi. Setelah sampai di stasiun Bedono, kereta uap kembali diperiksa dan diisi air. Perjalanan kemudian dilanjutkan kembali pulang ke stasiun Ambarawa. Sensasi perjalanan dengan kereta uap bersejarah inilah yang dicari para pengunjung.





BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
           
            Kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL) STKIP Seta Budhi Rangkasbitung khususmnya program study Pendidikan Sejarah merupakan kegiatan rutinitas setiap tahun, bahkan mahasiswa Sejarah wajib mengikuti mata Kuliah ini, jikalau tidak mengiktuti KKL ini, Maka mahasiswa tersebut akan menerima resikonya selain ilmu yang didapat maka nilai oun akan kosong dan akan mengulang tahun depan,. Adapun yang menjadi obyek dalam KKL yang bertemakan ”Ndeleung spur” atau dalam bahasa Indonesia adalh melihat kereta. Namun dalam hal itu tiga obyek yang kami tuju yaitu : Candi Gedong Songo, Monumen Palagan Ambarawa, dan Museum Kereta Api.
            Dengan adanya kegiatan KKL ini, Mahasiswa pendidikan Sejarah bisa belajar dan menambah wawasanya karna mmahasiswa telah melihat langsung apa yang telah diwajibkan dalam kajian teoritis,analisis, dan lain sebagainya.




RPP KELAS X KERAJAAN – KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan                  : SMA
Kelas/Semester                        : XI
Mata Pelajaran                        : Sejarah Indonesia
Materi Pokok                          : Kerajaan – kerajaan Hindu – Budha di Indonesia
Alokasi Waktu                        : 6 pertemuan (12 JP)

A.         Kompetensi Inti

1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.


5.       
B.            Kompetensi Dasar dan Indikator
No
Kompetensi Dasar
Indikator

1
Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.1       Toleransi dalam berdoa antar umat beragama Musyawarah mufakat dalam memecahkan masalah

2
Menunjukkan sikap tanggung jawab peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman Hindu – Buddha.
Memanfaatkan Museum sebagai sumber referensi bejalar kebudayaan Hindu Buddha.
Menunjukkan rasa tanggung jawab dengan memelihara dan menjaga hasil kebudayaan Hindu – Buddha di Indonesia


3
Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat,pemerintah,dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu - Budha di Indonesia serta menunjukkan  contoh bukti - bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Mengklasifikasikan kerajaan kerajaan Hindu Buddha di Indonesia Mendeskripsikan masing–masing kerajaan kerajaan Hindu Buddha di Indonesia Menunjukkan Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil kebudayaan pengaruh Hindu-Buddha yang masih ada pada saat ini.
4.       



4
4
Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu Buddha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
Menyajikan hasil telaah klasifikasi kerajaan – kerajaanHindu – Buddha di Indonesia  Menyajikan hasil deskripsi masing – masing kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia  Menyajikan hasil telaah tentang bukti – bukti kehidupan hasil kebudayaan pengaruh Hindu – Buddha yang masih ada pada saat ini.


C.  Tujuan Pembelajaran
 
Kompetensi  Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
Pertemuan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
1.2.1.1  Toleransi dalam berdoa antar umat beragama
1.2.2.1  Musyawarah mufakat dalam memecahkan masalah
2.1.1.1    Memanfaatkan Museum sebagai sumber referensi bejalar kebudayaan Hindu Buddha.
2.1.2.1  Menunjukkan rasa tanggung jawab dengan memelihara dan menjaga hasil kebudayaan Hindu – Buddha di Indonesia
Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan
Pertemuan Pertama
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
3.6.1.1.     Mengklasifikasikan kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia
3.6.2.1       Mengidentifikasikan letak  Kerajaan-kerajaan Hindu – Budha di Indonesia
3.6.2.2       Menjelaskan tentang kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia
D.           Materi Pembelajaran 
Pertemuan Pertama
1.    Menjelaskan perkembangan kerajaan - kerajaan Hindu – Budha di Indonesia
2.    Menganalisis kehidupan  ekonomi masyarakat zaman Hindu -Budha
3.    Menganalisis perkembangan hasil kebudayaan zaman kerajaan Hindu – Budha di Indonesia
4.    Menunjukkan nilai-nilai kehidupan dan unsur budaya zaman Kerajaan Hindu – Budha yang masih ada sampai sekarang
5.    Meneladani tokoh Kerajaan Hindu – Budha 
6.    Menganalisis agama dan kepercayaan kerajaan kerajaan Hindu – Budha di Indonesia

E.    Metode Pembelajaran

Pembelajaran Saintifik.
F.            Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1.  Media 
·         Power point kerajaan –kerajaan Hindu Budha
2.Alat dan bahan       
·         LCD
·         Leptop
·         In focus
3.  Sumber Belajar
·         Hapsari,Ratna. M.Adil. 2013. Sejarah Indonesia Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
·         Internet
·      G.  Langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran
Pertemuan Pertama
1)   Kegiatan Pendahuluan (12 menit)
a.    Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, menanyakan kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
b.    Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik  menyanyikan lagu wajib nasional dari sabang sampai merauke, dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang lagu tersebut  
c.    Guru melakukan apersepsi  melalui tanya jawab mengenai materi tentang kerajaan – kerajaan Hindu Buddha yang ada di Indonesia.
d.   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai tentang klasifikasi dan kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia.
2)   Kegiatan Inti (60 menit)
Model Pembelajaran Group Investigation
·         Peserta didik di bagi kedalam 4 kelompok
·         Setiap kelompok diberi tugas untuk menginvestigai sebuah kerajaan
Setiap kelompok mendapatkan tugas:
1.    Mengidentifikasi prasasti dari zaman kerajaan Kutai dan Tarumanegara
2.    Mengidentifikasi letak – Letak Kerajaan bercorak Hindu-Budha
3.    Menelaah corak kehidupan politik, ekonomi,sosial dan budaya masyarakat zaman kerajaan bercorak Hindu-Budha
4.    Mengidentifikasi hasil-hasil budaya zaman kerajaan Hindu – Budha
Mengamati
a.    Peserta didik dalam kelompok mengamati dan membaca setiap slide power point tentang kerajaan-kerajaan Hindu-Budha.
b.    Peserta didik dalam kelompok mengidentifikasi masing – masing kerajaan dan mengklasifikasikannya
ü  Kompetensi yang dikembangan : Melatih kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi
Menanya
a.    Peserta didik dalam kelompok menyusun sejumlah pertanyaan hal-hal yang berkenaan dengan kerajaan – kerajaan Kutai dan Tarumanegara. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk mengidentifikasi pertanyaan dari hasil pengamatan yang berkaitan dengan ketiga kerajaan tersebut .Guru dapat membimbing peserta didik menyusun pertanyaan seperti :
·         Apa agama yang di anut ?
·         Tahun berapa kerajaan kutai dan Tarumanegara berdiri ?
·         Dimana letak kerajaan ?
·         Siapa raja tekenal ?
·         Apa peninggalan/bukti dari masing-masing  kerajaan ?
b.    Peserta didik mengajukan pertanyaan dengan ungkapan bahasa yang santun. Guru memberi motivasi dan penghargaan bagi kelompok yang menyusun pertanyaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c.    Peserta didik mengidentifikasi dan mengklasifikasi pertanyaan tentang kerajaan –kerajaan yang akan dicari jawabannya dalam diskusi kelompok.
ü  Kompetensi yang dikembangkan :
Mengembangkan Kreativitas, rasa ingin tahu, berpikir kritis
Mencoba/Mengumpulkan Data atau Informasi
a.       Peserta didik mencari informasi dan mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun dengan membaca uraian materi di Buku Sejarah Kelas X halaman ..., juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi lain dan internet dengan bimbingan guru.
b.      Peserta didik menanyakan jawaban yang telah disusun dengan mengkonfirmasikan jawaban tersebut kepada guru tentang kebenaran jawaban yang dibuat kelompok.  Guru menyediakan berbagai sumber belajar dan dapat menjelaskan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dalam kelompok.
c.       Peserta didik mengecek kembali jawaban pertanyaan dengan menggunakan sumber belajar yang telah disediakan guru.
ü  Kompetensi yang dikembangkan :
Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan dan menghargai pendapat orang lain
Mengasosiasi/Menganalisis Data atau Informasi
a.       Peserta didik dengan bimbingan guru mendiskusikan hubungan atas berbagai informasi yang sudah diperoleh sebelumnya, seperti :
·         Mengapa Kerajaan – kerajaan tersebut memperoleh pengaruh baik  Hindu atau Buddha ?
·         Apa peninggalan sejarah yang bisa dijadikan sumber untuk menguak atau mengidentifikasi kerajaan-kerajan tersebut ?
·         Mengapa kerajaan – kerajaan tersebut runtuh ?
a.       Peserta didik menyusun simpulan atas berbagai pertanyaan dengan bimbingan guru tentang kerajaan Kutai dan Tarumanegara.
ü  Kompetensi yang dikembangkan :
Sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan dan kerja keras
Mengkomunikasikan
a.       Peserta didik dengan arahan guru membuat bahan tayang atau lembar kerja kelompok secara sistematis untuk melaporkan hasil kerja kelompok tentang kerajaan Kutai dan Tarumanegara.
b.      Peserta didik mematuhi tata cara penyajian kelompok, seperti :
·         Kelompok menyajikan secara bergantian bahan tayang yang telah disusun  sebelumnya.
·         Kelompok penyaji menyajikan materi paling lama 5 menit. Kelompok lain memperhatikan penyajian kelompok penyaji dan mencatat hal-hal yang penting serta mempersiapkan pertanyaan terhadap hal yang belum jelas.
·         Kelompok penyaji bertanya jawab dan diskusi dengan peserta didik lain tentang materi yang disajikan paling lama 15 menit.
·         Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau menyampaikan pendapat.
·         Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah dipersilahkan oleh guru (moderator).
·         Menggunakan bahasa yang sopan saat menyampaikan pertanyaan atau pendapat.
·         Berbicara secara bergantian dan tidak memotong pembicaraan orang lain
c.       Peserta didik melakukan diskusi kelas dengan bimbingan atau dimoderatori oleh guru.
d.       Kelompok lain memberikan tanggapan dan guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat dan memberikan penghargaan bila jawaban benar.
ü  Kopetensi yang dikembangkan
Sikap teliti, toleransi, kemampan berpikir sistematis

3)  Kegiatan Penutup (18 menit)
a.       Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal tentang peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu-budha..
b.      Peserta didik melakukan refleksi atas manfaat proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan tindakan  yang akan dilakukan berkaitan dengan kerajaaan Bercorak Hindu-Budha, dengan meminta menjawab pertanyaan berikut secara lisan.
·         Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari sejarah Kerajaan Bercorak Hindu – Budha? Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran yang telah dilakukan?
·         Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
·         Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
c.       Peserta didik mencatat tugas pekerjaan rumah untuk pengayaan dan  membaca materi untuk pertemuan berikutnya yaitu perumasan dasar negara.


d.       
H. Penilaian
1. Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
a.       Teknik Penilaian                       :          Observasi
b.      Bentuk Instrumen                     :          Lembar Penilaian Observasi
c.       Kisi-kisi                                    :

No
Indikator
Butir Instrumen

1

Toleransi dalam berdoa antar umat beragama

1

2
Menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan dirumuskannya Pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri negara.

2

3

Memanfaatkan Museum sebagai sumber referensi bejalar kebudayaan Hindu Buddha.

3

4
Menunjukkan rasa tanggung jawab dengan memelihara dan menjaga hasil kebudayaan Hindu – Buddha di Indonesia

4

Instrumen: lihat Lampiran 1
a.       Teknik Penilaian                       :          Observasi
b.      Bentuk Instrumen                     :          Lembar Penilaian Observasi
c.       Kisi-kisi                                    :




2.    Kompetensi Pengetahuan

No
Indikator
Butir Instrumen

1
Menjelaskan perkembangan kerajaan – kerajaan bercorak Hindu - Budha

1

2
Menganalisis kehidupan  ekonomi masyarakat zaman kerajaan – kerajaan bercorak Hindu - Budha

5, 9
3
Menganalisis perkembangan hasil kebudayaan zaman kerajaan – kerajaan bercorak Hindu – Budha

8


4
Menunjukkan nilai-nilai kehidupan dan unsur budaya zaman ya kerajaan – kerajaan bercorak Hindu - Budha yang masih ada sampai sekarang


6


5
Meneladani tokoh Mulawarman dan purnawarman dalam memimpin kerajaan – kerajaan bercorak Hindu – Budha


2

6
Menunjukkan letak kerajaan – kerajaan bercorak Hindu – Budha

4

7
Menganalisis agama dan kepercayaan kerajaan – kerajaan bercorak Hindu – Budha

3, 7, 10

Instrumen: lihat Lampiran : 2



3.   Kompetensi Keterampilan
a.       Teknik Penilaian          :           Observasi
b.      Bentuk Instrumen       :           Lembar observasi
c.        Kisi-kisi                      :
No
Keterampilan
Butir Instrumen

1
Menyajikan hasil telaah klasifikasi kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia

1,2

2
Menyajikan hasil deskripsi masing – masing kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia

3,4,5,6,7

3
Menyajikan hasil telaah tentang bukti – bukti kehidupan hasil kebudayaan pengaruh Hindu – Buddha yang masih ada pada saat ini

8,9,10,11,12
Instrumen: lihat Lampiran 3
Lampiran 1
Lembar Observasi



Sikap Spiritual dan Sikap Sosial

NamaPesertaDidik                                    :
Kelas                                                         :
TanggalPengamatan                                  :
Pokok                                                        : Kerajaan–kerajaan Hindu–Buddha diIndonesia

No
Aspek Spiritual dan Sosial
Skor
Keterangan
1
2
3
4
1
Toleransi dalam berdoa antar umat beragama




4

2
Menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan dirumuskannya Pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri negara.





4

3
Memanfaatkan Museum sebagai sumber referensi bejalar kebudayaan Hindu Buddha.

1




4
Menunjukkan rasa tanggung jawab dengan memelihara dan menjaga hasil kebudayaan Hindu – Buddha di Indonesia



2



Jumlah Skor





Skor Penilaian:
4        = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3        = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadangtidak  melakukan
2        = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1        = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Rubrik Penilaian:
Nilai                             = ……….       
Sangat Baik                 : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik                             : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup                         : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor≤ 2,33
Kurang                        : apabila memperoleh skor: skor ≤ 1,33
Lampiran 2
a.       a.       Teknik Penilaian                 :          Tes Tertulis
b.      b.      Bentuk Instrumen               :          Uraian
c.       c.       Kisi-kisi                              :

No
Indikator
Butir Instrumen

1
Mengklasifikasikan kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia
1, 2,

2
Mendeskripsikan masing – masing kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia
3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

3
Menunjukkan Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil kebudayaan pengaruh Hindu-Buddha yang masih ada pada saat ini
15

Lampiran 3:
Lembar Observasi Keterampilan
Nama Peserta Didik                                  :    ...
Kelas                                                         :    ...
Tanggal Pengamatan                                 :    ...
Pokok                                                        : Kerajaan–kerajaan Hindu–Buddha diIndonesia

No

Aspek Keterampilan
Skor
Keterangan
1
2
3
4


A
Menyajikan hasil telaah klasifikasi kerajaan – kerajaan Hindu  Buddha di Indonesia





Menyampaikan gagasan dengan lancar dan logis





Mendukung kerjasama kelompok









B
Menyajikan hasil deskripsi masing – masing kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia





Kejelasan isi paparan





Menyampaikan gagasan dengan lancar dan logis





Mendukung kerjasama kelompok





Menanggapi pertanyaan dengan lugas dan jelas





Menerimasecaralogispendapatkelompok lain










C
Menyajikan hasil telaah tentang bukti – bukti kehidupan hasil kebudayaan pengaruh Hindu – Buddha yang masih ada pada saat ini





Kejelasanisipaparan





Menyampaikan gagasan dengan lancar dan logis





Mendukung kerjasama kelompok





Menanggapi pertanyaan dengan lugas dan jelas





 Menerimasecaralogispendapatkelompok lain






JumlahSkor


Skor Penilaian:

Nilai=
Sangat Baik     : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik                 : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup             : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor≤ 2,33
Kurang            : apabila memperoleh skor: skor ≤ 1,33


Tidak ada komentar:

Posting Komentar